Friday, April 13, 2007

Handycraft & Produk Handycraft Indonesia

Apakah Handycraft atau Kerajinan Tangan itu ?

Handicraft, also known as craftwork or simply craft, is a type of work where useful and decorative devices are made completely by hand or using only simple tools. Usually the term is applied to traditional means of making goods. The individual artisanship of the items is a paramount criterion, such items often have cultural and/or religious significance. Items made by mass production or machines are not handicrafts.

Usually, what distinguishes the term handicraft from the frequently used category arts and crafts is a matter of intent: handicrafted items are intended to be used, worn, et cetera, having a purpose beyond simple decoration. Handicrafts are generally considered more traditional work, created as a necessary part of daily life, while arts and crafts implies more of a hobby pursuit and a demonstration/perfection of a creative technique. In practical terms, the categories have a great deal of overlap.

Sumber : www.wikipedia.com

Produksi Handycraft Indonesia

Eksport Kerajinan Diprediksi Naik 20%
Tanggal : 24 May 2006
Sumber : Bisnis Indonesia, Selasa, 23 Mei 2006

Ukm.co.id - Jakarta, JAKARTA: Kinerja ekspor kerajinan nasional tahun ini diprediksi meningkat signifikan sekitar 20% dibandingkan realisasi 2005 menjadi US$558 juta, terpacu kemampuan perajin menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi pascakenaikan harga BBM tahun lalu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi ekspor produk kerajinan Indonesia pada 2005 tercatat US$465 juta atau naik tipis 4,06% dibandingkan nilai pengiriman tahun sebelumnya US$447 juta. "Ekspor kerajinan bisa tumbuh lagi tahun ini. Sampai akhir tahun prediksinya bisa 20%-30% lebih baik dari tahun lalu. Kemarin itu [2005] memang karena ada kenaikan harga BBM," ujar Ketua Asosiasi Eksportir Handicraft Indonesia (Asephi) Rudy Lengkong kemarin.Perkiraan pertumbuhan ini lima kali lipat lebih besar dibandingkan realisasi kenaikan ekspor kerajinan pada 2005 yang tercatat hanya 4,06% dibandingkan periode sebelumnya. Rudy mengakui pertumbuhan ekspor kerajinan yang tipis tahun lalu disebabkan gejolak inflasi, menyusul kenaikan harga BBM yang memengaruhi biaya produksi kerajinan. Sementara itu UKM perajin tidak mudah menaikkan harga jual produknya karena terdesak daya saing yang tipis dibandingkan barang-barang serupa dari China yang lebih murah.

Ekspor kerajinan nasional

T a h u n Nilai (US$ juta) Tumbuh (%)

2004 447 -

2005 465 4,06
2006 558* 20,00
Sumber : BPS (diolah)
Keterangan : * proyeksi Asephi

"Pada 2005 itu memang karena krisis setelah BBM naik. Tapi sekarang perajin sudah bisa menyiasati. Buyer asing itu sudah mau beli. Artinya, kerajinan yang ada bisa laku. Kualitas juga tidak terlalu bermasalah kok," kata Ketua Asephi.

Tak capai target
Selain faktor kondisi perekonomian, Rudy mengungkapkan kinerja ekspor kerajinan yang membaik juga tampak pada realisasi penjualan pada pameran Inacraft ke-8 yang digelar April lalu. Kendati tidak mencapai target penjualan yang dipatok sebesar US$300 juta, realisasi jual-beli kerajinan selama pameran bulan lalu naik rata-rata 16,34% dari perdagangan ritel dan kontrak dagang. "Nilai penjualan ritel sekitar Rp59 miliar atau naik 15,1% dibanding tahun lalu sebesar Rp51,856 miliar. Sedangkan kontrak dagang mencapai US$6,021 juta atau naik 17,58% dibanding 2005 senilai US$5,121 juta." Pembeli asing diketahui masih didominasi konsumen asal Malaysia, selain AS dan Jepang. Sementara, keseluruhan pembeli asing yang berhasil didatangkan mencapai 876 orang dari 62 negara. Sejumlah pembeli itu, mayoritas masih mencari produk tekstil, kerajinan kayu dan patung, produk-produk mebel dan barang-barang kerajinan dari bahan serat tanaman. Batik, tambahnya, juga masih mendominasi permintaan konsumen asing. "Persaingan memang berat. Sekarang ini misalnya yang punya batik itu tidak hanya Indonesia. Untuk menghadapi itu yang penting delivery. Masalahnya ya, uang. Perajin itu kan tidak punya uang untuk ekspor sana-sini." Menurut dia, perbankan perlu memberikan perhatian khusus bagi perajin yang selama ini hanya dipandang sebelah mata.

Sumber : www.ukm.co.id





No comments: